Area Fokus: Nilai-nilai Scrum

Kompetensi: Memahami dan Menjalankan Scrum

-danny
8 min readMar 5, 2020
Photo by Riccardo Annandale on Unsplash

Scrum adalah proses, tapi bukan suatu yang mudah diulangi. Scrum adalah suatu framework yang terdiri dari peraturan, peran, dan prinsip. Suatu framework yang dapat membantu dalam mencari cara kerja yang terbaik untuk kita.

Scrum perlu dilengkapi dengan peningkatan atau perbaikan proses engineering, manajemen produk, serta praktek-praktek terkait manusia dan organisasi. Pernyataan ini saja adalah sekumpulan hal yang sulit untuk dilakukan. Kita dapat dengan mudah mulai mempraktekkan Scrum, mengimplementasikan nilai-nilai Scrum sulit, terlebih lagi menjadikan kelengkapan di atas menjadi kenyataan sangatlah kompleks. Setidaknya, membutuhkan keberanian dan komitmen yang cukup besar dari suatu organisasi.

Selain itu, mengabaikan sebagian dari elemen Scrum dapat mengakibatkan ketidakbergunaan penerapannya.

Untuk membantu kesuksesan dalam penggunaan Scrum, pada 6 Juli 2016, Ken Schwaber dan Jeff Sutherland memperkenalkan nilai-nilai Scrum. Karena kemahiran menggunakan Scrum sangat bergantung pada penerapan nilai-nilai ini. Ini menjadi pengkinian pertama terhadap The Scrum Guide sejak Juli 2013.

Scrum menjadi value system yang terdiri dari Fokus, Keterbukaan (Openness), Respek, Komitmen, dan Keberanian (Courage). Dalam perjalanan untuk menemukan cara kerja terbaik, nilai-nilai Scrum ini, yang bukan hanya eksklusif untuk Scrum, harus menjadi pembimbing kita. Jika kita menjalankan hal-hal di luar Scrum pun, maka perlu bercermin kepada nilai-nilai ini.

Salah satu contoh penerapan Scrum Values adalah dalam Daily Scrum. Apakah kita sudah menggunakan event ini untuk berbagi informasi? Apakah kita menggunakan waktu ini untuk berkolaborasi untuk merencanakan kembali pekerjaan untuk hari itu? Apakah kita sudah memastikan bahwa semua anggota tim selaras untuk lebih dari 24 jam ke depan? Apakah kita memastikan akan mendapat manfaat sepenuhnya dari Sprint ini? Apakah kita sedang terus menuju ke Sprint Goals?

Nilai-nilai Scrum

1 Komitmen

Komitmen adalah dedikasi. Komitmen bukanlah terhadap hasil akhir, melainkan dedikasi dalam tindakan dan usaha kita secara tim. Hasil akhir bukanlah suatu hasil yang pasti dan tidak dapat berubah, inilah mengapa dalam Scrum dilakukan forecasting terhadap hasil akhir yang berbasiskan pertimbangan empiris.

2 Fokus

Cara kerja iterative dan incremental ditambah time-boxing dalam Scrum mempertajam fokus. Fokus terhadap hal yang paling penting. Fokus pada hal yang paling sederhana yang dapat bekerja dengan baik. Fokus untuk menyelesaikan tugas. Kita fokus untuk belajar sekarang, dan sedang bersiap untuk masa depan yang sangat tidak pasti.

3 Keterbukaan

Scrum memerlukan transparansi. Kita harus terbuka tentang pekerjaan kita. Terbuka untuk kolaborasi. Terbuka untuk feedback. Dan selalu terbuka untuk berubah.

4 Respek

Kita perlu respek terhadap lingkungan yang lebih luas dengan tidak berlaku seperti pulau terpencil dan terisolasi. Respek satu sama lain dalam hal kemampuan, pengalaman, dan pemikiran. Respek kepada stakeholders dengan menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi, dan tidak membangun sesuatu yang tidak berguna bagi mereka.

5 Keberanian

Kita harus mempunyai keberanian untuk mengakui bahwa requirement dan rencana tidak akan pernah sempurna. Bahwa tidak ada orang yang sempurna. Keberanian untuk mengubah arah, dan berani menerima resiko maupun benefits. Keberanian untuk mendukung nilai-nilai Scrum dan terus mempromosikan Scrum.

Lima nilai Scrum ini akan menjadi kompas saat pengambilan keputusan dan dinamika tim. Nilai-nilai ini akan membantu dalam menghantarkan (delivery) perangkat lunak yang hebat. Dan menciptakan lingkungan pekerjaan yang menyenangkan.

Nilai-nilai Scrum menghidupkan 3 pilar Scrum (transparansi, inspeksi, adaptasi), serta menumbuhkan kepercayaan (trust). Kita terus mempelajari dan mendalami nilai-nilai ini dalam event, peran, dan artifact Scrum.

Berikut kesalahpahaman yang sering terjadi terhadap nilai-nilai Scrum dan bagaimana menjalankannya dengan baik:

  1. Komitmen terhadap sesuatu yang tidak kita mengerti karena disuruh atasan → Komitmen kepada tim dan Sprint Goal
  2. Fokus untuk membuat pelanggan senang → Fokus pada Sprint dan goals-nya
  3. Terbuka kepada siapapun tentang keseluruhan pekerjaan kita → Terbuka saat ada tantangan atau masalah yang menghambat kita mencapai keberhasilan
  4. Respek dengan selalu menolong anggota tim yang lain → Respek dengan membantu untuk saling mengerti kelebihan masing-masing, dan tidak menghakimi orang lain dalam kekurangan mereka
  5. Keberanian untuk terus menentang saat keputusan sudah diambil → Keberanian untuk berubah bahkan jika itu berarti mengakui kita salah, dan saat arah yang diambil tidak sesuai dengan opini kita

Berikut lima ide untuk mendukung transparansi dan penerapan nilai-nilai ini dalam Scrum Team kita:

  1. Tempatkan nilai-nilai ini di dinding, semua orang menuliskan bagaimana mereka akan mendemonstrasikannya
  2. Tambahkan ‘values moment’ dalam Retro untuk menginspeksi dan terus beradaptasi terkait nilai-nilai ini
  3. Buatlah hadiah ‘values.’ Berikan hadiah yang lucu saat seseorang mendemonstrasikannya dan semua menyadarinya
  4. Hadiah untuk ‘whoops we dropped the value.’ Kesempatan untuk mendemonstrasikan keberanian untuk mengakui dan mengemukakan saat kita melupakan suatu nilai dengan cara yang lucu
  5. Meminta manager atau stakeholder dari luar mendemonstrasikan kepada tim apa arti nilai-nilai ini bagi mereka

Studi Kasus Intralinks: Scrum Reboot Kali Ini dengan Nilai-nilai

Scrum adalah suatu framework (bagian yang mudah dipelajari) yang tidak akan berjalan sesuai janjinya kecuali dijalankan beserta dengan nilai-nilainya (bagian yang sulit dilakukan). Studi kasus ini menunjukkan apa yang terjadi di Intralinks, dan bagaimana mereka memulai kembali Scrum dengan nilai-nilainya.

Sebelum mengadopsi nilai-nilai Scrum

1 Komitmen
Kami tidak perlu Sprint Retrospective yang busuk!

Yang terjadi adalah inspeksi dan adaptasi berubah menjadi inspeksi dan mengeluh. Pada akhirnya tidak ada inspeksi sama sekali. Tekanan untuk menyelesaikan pekerjaan menekan mundur keinginan untuk terus meningkat (improve). Kurang komitmen untuk terus meningkat.

2 Keberanian
Laporan Sprint?

Yang terjadi adalah Sprint Review berubah menjadi Laporan Sprint. Tim bangga dengan bekerja keras, tapi belum tentu menghasilkan nilai bisnis (business values). Stakeholders tidak tertarik. Akhirnya hanya manager yang hadir. Kurang keberanian untuk melakukan review menuju keberhasilan.

3 Fokus
Daily Scrum untuk semua?

Daily Scrum menjadi pelaporan status cepat. Event ini menjadi pengalih fokus 15 menit tiap hari. Kurang fokus pada Sprint.

4 Keterbukaan
Manager Scrum?

Scrum Master menjadi penanggungjawab saat pekerjaan tidak berjalan sesuai ekspektasi, dan diharapkan manajemen untuk me-manage semua pekerjaan tersebut. Dengan ini, tim mulai menutup diri, menyembunyikan kegagalan, tidak self-organizing, dan kehilangan kesempatan untuk terus meningkat. Tim senantiasa menunjukkan permukaan yang baik kepada organisasi. Kurang keterbukaan di dalam tim.

5 Respek
Hamba Produk?

Rasa memiliki terhadap bisnis sangat kecil. Product Owner hanya diberikan gelar, tanpa wewenang, sehingga lebih seperti “hamba.” Product Owner dipandang tidak mendapatkan respek dari organisasi, sehingga tim pun kehilangan respek terhadap Product Owner. Kurang respek terhadap Product Owner.

Kondisi ini tidak dapat diperbaiki hanya dengan terus menerus menekankan nilai-nilai Scrum. Semakin kita menekankan nilai-nilai, semakin mungkin ini akan ditolak. Karena ini, Intralink memutuskan untuk melakukan reboot dibantu oleh Ben Day dan kali ini sudah beserta nilai-nilai Scrum.

Prinsip Scrum dengan Nilai Scrum

Self-Organization

Tim dipersilahkan untuk self-organize. Hal ini menumbuhkan respek dari stakeholders. Tim memberikan upaya lebih dalam Sprint Planning dan Sprint. Stakeholders berkomitmen untuk berbincang tentang nilai bisnis dengan tim.

Komposisi dan Ukuran Tim

Ukuran dan komposisi tim ditentukan dengan mempertimbangkan skills yang diperlukan untuk menghasilkan perangkat lunak yang benar-benar selesai. Tim memikirkan skill dan pelatihan yang dibutuhkan yang ada dalam kontrol mereka, dan terkait masalah tambahan anggota tim, yang bukan dalam kontrol mereka, diperlukan peranan Scrum Master.

Selesai Artinya Benar-benar Selesai

Tim memutuskan untuk membawa kemampuan melakukan automated testing dan quality assurance serta design ke dalam tim. Selain itu, diputuskan suatu daftar Definition of Done yang membantu tim lebih fokus, berani menyatakan pekerjaan yang belum selesai, dan respek terhadap stakeholders dengan tidak menghabiskan waktu mereka untuk pekerjaan yang belum benar-benar selesai.

Product Owner yang Diberikan Wewenang

Hamba produk kembali menjadi Product Owner. Product Owner membantu menghentikan stakeholder yang terbiasa semena-mena. Product Owner menjadi pengambil keputusan dan juga penanggungjawab. Ini meningkatkan keterbukaan, respek, dan komitmen untuk benar-benar menyelesaikan pekerjaan, sehingga mendapat hasil yang lebih baik.

Scrum Master sebagai Servant-Leader

Setelah tim menjadi self-organizing, jika suatu berjalan di luar ekspekstasi, seorang Scrum Master seharusnya memilih untuk melihat terlebih dahulu bagaimana ini akan berlanjut dan memberikan kesempatan kepada tim untuk memperbaikinya sendiri.

Scrum Master tidak lagi me-manage tim dan pekerjaannya. Scrum Master tidak lagi me-manage penerapan Scrum yang sesuai.

Ukuran kemajuan pekerjaan dibuat dan ini mendukung terus berkembangnya inisiatif peningkatan (improvement) yang diajukan oleh tim.

Scrum Masters diberikan pelatihan PSM I. Namun perkembangan Scrum Master terus berjalan.

Adaptasi Memerlukan Kepemilikan

Prinsip yang mendorong adalah tim perlu memiliki rasa memiliki untuk melakukan adaptasi. Tim yang bertanggunjawab untuk terus meningkat berdasarkan pembelajaran empiris. Merekalah yang bertanggungjawab untuk terus mengemukakan proposal peningkatan.

Sprint Retrospective menjadi sarana untuk secara nyata membuat backlog peningkatan. Lalu menjalankan paling kurang satu pada Sprint berikutnya. Ada komitmen untuk terus meningkat, dan keterbukaan untuk mengemukakan pendapat yang membangun.

Menghantarkan Nilai Bisnis yang Terukur

Hasil paling penting dari penerapan Scrum adalah menghantarkan nilai bisnis. Karena itu, kita harus yakin ada nilai bisnis tersebut. Dan lebih penting lagi adalah nilai ini selaras dengan visi dan goals organisasi.

Pekerjaan yang diambil (menjadi Sprint Backlog) harus disertai dengan nilai-nilai yang dapat dihitung secara kuantitatif, yang dapat diukur setelah release. Ini membuat Product Owner bukan lagi harus memprioritaskan pekerjaan berdasarkan opini, sekarang mereka harus membuat hipotesis yang akan dibuktikan.

Ada fokus untuk mengimplementasikan solusi, dan komitmen terhadap nilai aktual bukan hanya kerjakan lalu lupakan (fire-and-forget).

Penerapan Scrum dengan nilai-nilainya tidak hanya sulit di awal, namum terus menerus sulit. Proses mengembangkan produk yang kompleks dengan banyak orang dan banyak tim adalah hal yang menantang. Scrum sederhananya memberikan suatu framework, prinsip, dan nilai yang dapat membuat pekerjaan yang sulit lebih mungkin menghasilkan outcome bisnis yang positif.

Prinsip-prinsip Scrum sepertinya adalah keseimbangan yang tepat dari hal-hal yang dilakukan secara konkrit oleh tim dan individu terkait, dan dengan menjalankannya secara alami mendukung tumbuhnya nilai-nilai terkait.

Memvisualisasikan Nilai-nilai Scrum

Sebagai seorang Scrum Master, bagaimana kita mengetahui jika tim kita sudah mendemonstrasikan nilai-nilai Scrum? Dalam tulisannya, Steve Trapps memberikan suatu visualisasi yang dapat menunjukkannya.

Setelah mempraktekkannya, Steve mendapati bahwa anggota tim semakin terbuka dalam mengutarakan pendapat terhadap satu sama lain.

Untuk Scrum Master yang akan menggunakan visualisasi ini, lihatlah pada nilai yang paling rendah, lalu dukung tim dalam peningkatan terhadap nilai-tersebut.

4 Cara Melakukan Coaching dengan Nilai-nilai Scrum

Dalam tulisannya, Stephanie Ockerman memberikan 4 cara seorang Scrum Master dapat melakukan coaching dengan menggunakan nilai-nilai Scrum:

  1. Tetapkan apa arti nilai-nilai Scrum bagi kita secara individu maupun secara tim
  2. Gunakan nilai-nilai Scrum untuk membantu pengambilan keputusan
  3. Amati dan diskusikan outcomes dan perilaku, lalu rincikan apa arti nilai-nilai Scrum untuk kita
  4. Identifikasi aksi untuk peningkatan

Scrum Values oleh Ucok Wielfried

Slide Presentasi: http://bit.ly/2TSmIfq

Ada beberapa mitos dalam Scrum:

  • Dalam Scrum, pekerjaan dapat selalu berubah
  • Dengan Scrum, hasil pasti lebih cepat
  • Scrum adalah magic bullet dalam pengembangan perangkat lunak

Mitos-mitos ini tidak terlalu tepat. Namun magic dari Scrum akan benar-benar terjadi jika kita menyadari dan mencerminkan nilai-nilai Scrum. Hasil paling nyata adalah semua yang terlibat akan lebih gembira dan menikmati pekerjaan mereka.

  1. Fokus. Fokus berkaitan dengan komitmen. Di mana kita perlu mengerjakan tujuan kita satu demi satu. Seluruh tim perlu fokus terhadap satu tujuan yang disepakati, bukan sibuk mengerjakan hal-hal yang berbeda sehingga tim susah bergerak menuju tujuan tersebut.
  2. Keberanian. Kita harus berani membagikan ide. Berani untuk menjelajah (explore), berani mencoba (experiment). Berani mengakui jika kita salah. Berani mengeskalasikan masalah.
  3. Respek. Respek berkaitan dengan keberanian. Tantangannya adalah bagaimana kita mendapat respek. Untuk itu, tentunya perlu mempraktekkan apresiasi satu sama lain. Respek mungkin saja adalah nilai pertama yang diperlukan suatu tim.
  4. Keterbukaan. Keterbukaan bersama dengan Respek dan Keberanian membentuk segitiga nilai yang penting. Kita harus terbuka bahwa kita sudah penuh. Bahwa kita sudah sesuai dengan kapasitas atau jika sudah kelebihan.
  5. Komitmen. Komitmen mungkin saja adalah nilai yang paling penting untuk suatu tim.

2 pernyataan penting dari Gunther Verheyen:

  • Hambatan terbesar untuk Agile adalah obsesi yang terukir untuk mengatur individu.
  • Scrum lebih merupakan suatu perilaku daripada suatu proses.

Agar Agile dapat berhasil nilai-nilai ini harus menjadi bagian perilaku dari seluruh organisasi. Baik pegawai dan manajemen tinggi, serta jajaran menengah, semua harus mengetahui, mempelajari, dan menerapkan nilai-nilai Scrum.

Kesimpulan. Scrum adalah value system yang terdiri dari Fokus, Keterbukaan, Respek, Komitmen, dan Keberanian. Kemahiran menggunakan Scrum sangat bergantung pada penerapan nilai-nilai ini.

Slide Presentasi: https://speakerdeck.com/alternat0/nilai-nilai-scrum

Credits:

  • Translated to Indonesian based on Scrum Master Learning Path, Understanding and Applying Scrum competency, Scrum Values focus area by scrum.org
  • Some explanation based on Gunther Verheyen’s article: There’s value in the Scrum Values

--

--

-danny

Mouse-Clicking Expert, specialized in Process Hacking and People Development